Selasa, 24 Desember 2013

Pengertian AL-Qur'an

Al-Qur'anTa’riful Qur’an
Menurut bahasa, “Qur’an” berarti “bacaan”, pengertian seperti ini dikemukakan dalam Al-Qur’an sendiri yakni dalam surat Al-Qiyamah, ayat 17-18:
“Sesungguhnya mengumpulkan Al-Qur’an (di dalam dadamu) dan (menetapkan) bacaannya (pada lidahmu) itu adalah tanggungan kami. (Karena itu), jika kami telah membacakannya, hendaklah kamu ikuti bacaannya”.
Adapun menurut istilah Al-Qur’an berarti: “Kalam Allah yang merupakan mu’jizat yang diturunkan kepada nabi Muhammad, yang disampaikan secara mutawatir dan membacanya adalah ibadah”.
Kalamullah
Al-Qur’an adalah kalamullah, firman Allah ta’ala. Ia bukanlah kata-kata manusia. Bukan pula kata-kata jin, syaithan atau malaikat. Ia sama sekali bukan berasal dari pikiran makhluk, bukan syair, bukan sihir, bukan pula produk kontemplasi atau hasil pemikiran filsafat manusia. Hal ini ditegaskan oleh Allah ta’ala dalam Al-Qur’an surat An-Najm ayat 3-4:
“…dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Qur’an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)…”
Tentang kesucian dan keunikan Al-Qur’an ini perhatikanlah kesaksian objektif Abul Walid[1] seorang jawara sastra pada masa Nabi saw: “Aku belum pernah mendengar kata-kata yang seindah itu. Itu bukanlah syair, bukan sihir dan bukan pula kata-kata ahli tenung. Sesungguhnya Al-Qur’an itu ibarat pohon yang daunnya rindang, akarnya terhujam ke dalam tanah. Susunan kata-katanya manis dan enak didengar. Itu bukanlah kata-kata manusia, ia tinggi dan tak ada yang dapat mengatasinya.” Demikian pernyataan Abul Walid.

Mu’jizat
Mu’jizat artinya suatu perkara yang luar biasa, yang tidak akan mampu manusia membuatnya karena hal itu di luar kesanggupannya. Mu’jizat itu dianugerahkan kepada para nabi dan rasul dengan maksud menguatkan kenabian dan kerasulannya, serta menjadi bukti bahwa agama yang dibawa oleh mereka benar-benar dari Allah ta’ala.
Al-Qur’an adalah mu’jizat terbesar Nabi Muhammad saw. Kemu’jizatannya itu diantaranya terletak pada fashahah dan balaghah-nya, keindahan susunan dan gaya bahasanya yang tidak ada tandingannya. Karena gaya bahasa yang demikian itulah Umar bin Khatthab masuk Islam setelah mendengar Al-Qur’an awal surat Thaha yang dibaca oleh adiknya Fathimah. Abul Walid, terpaksa cepat-cepat pulang begitu mendengar beberapa ayat dari surat Fushshilat.[2]
Karena demikian tingginya bahasa Al-Qur’an, mustahil manusia dapat membuat susunan yang serupa dengannya, apalagi menandinginya. Orang yang ragu terhadap kebenaran Al-Qur’an sebagai firman Allah ditantang oleh Allah ta’ala:
“Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al-Quran yang kami wahyukan kepada hamba kami (Muhammad) buatlah satu surat (saja) yang semisal Al-Qur’an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang memang benar.” (QS. Al-Baqarah: 23)
Allah sendiri kemudian menegaskan bahwa tidak akan pernah ada seorang pun yang mampu menjawab tantangan ini (QS. 2: 24). Bahkan seandainya bekerjasama jin dan manusia untuk membuatnya, tetap tidak akan sanggup (QS. 17: 88).
Selain itu, kemukjizatan Al-Qur’an juga terletak pada isinya. Perhatikanlah, sampai saat ini Al-Qur’an masih menjadi sumber rujukan utama bagi para pengkaji ilmu sosial, sains, bahasa, atau ilmu-ilmu lainnya.
Menurut Miftah Faridl, banyak ayat-ayat Al-Qur’an yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan dapat meyakinkan kita bahwa Al-Qur’an adalah firman Allah, tidak mungkin ciptaan manusia, apalagi ciptaan Nabi Muhammad saw yang ummi (7: 158) yang hidup pada awal abad ke enam Masehi (571-632 M)[3]
Berbagai kabar ghaib tentang masa lampau (tentang kekuasaan di Mesir, Negeri Saba’, Tsamud, ‘Ad, Yusuf, Sulaiman, Dawud, Adam, Musa, dll) dan masa depan pun menjadi bukti lain kemu’jizatan Al-Qur’an. Sementara itu jika kita perhatikan cakupan materinya, nampaklah bahwa Al-Qur’an itu mencakup seluruh aspek kehidupan: masalah aqidah, ibadah, hukum kemasyarakatan, etika, moral dan politik, terdapat di dalamnya.

Al-Munazzalu ‘ala qalbi Muhammad saw
Al-Qur’an itu diturunkan khusus kepada Nabi Muhammad saw. Sedangkan kalam Allah yang diturunkan kepada nabi-nabi selain Nabi Muhammad saw—seperti Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa atau Injil yang diturunkan kepada Nabi Isa—tidak bisa dinamakan dan disebut sebagai Al-Qur’an. Demikian pula hadits qudsi[4] tidak bisa disamakan dengan Al-Qur’an.
Al-Qur’an diturunkan Allah ta’ala kepada Nabi Muhammad saw dengan berbagai cara[5]:
  1. Berupa impian yang baik waktu beliau tidur.Kadang-kadang wahyu itu dibawa oleh malaikat Jibril dengan menyerupai bentuk manusia laki-laki, lalu menyampaikan perkataan (firman Allah) kepada beliau.
  2. Kadang-kadang malaikat pembawa wahyu itu menampakkan dirinya dalam bentuk yang asli (bentuk malaikat), lalu mewahyukan firman Allah kepada beliau.
  3. Kadang-kadang wahyu itu merupakan bunyi genta. Inilah cara yang paling berat dirasakan beliau.
  4. Kadang-kadang wahyu itu datang tidak dengan perantaraan malaikat, melainkan diterima langsung dari Hadirat Allah sendiri.
  5. Sekali wahyu itu beliau terima di atas langit yang ketujuh langsung dari Hadirat Allah sendiri.
Al-Manquulu bi-ttawaatir
Al-Qur’an ditulis dalam mushaf-mushaf dan disampaikan kepada kita secara mutawatir (diriwayatkan oleh banyak orang), sehingga terpelihara keasliannya. Berikut sekilas sejarah pemeliharaan Al-Qur’an sejak masa Nabi hingga pembukuannya seperti sekarang:
Pada masa Nabi Al-Qur’an dihafal dan ditulis di atas batu, kulit binatang, pelapah tamar dan apa saja yang bisa dipakai untuk ditulis. Kemudian setahun sekali Jibril melakukan repetisi (ulangan), yakni dengan menyuruh Nabi memperdengarkan Al-Qur’an yang telah diterimanya. Menurut riwayat, di tahun beliau wafat, ulangan diadakan oleh Jibril dua kali.
Ketika Nabi wafat, Al-Qur’an telah dihafal oleh ribuan manusia dan telah ditulis semua ayat-ayatnya dengan susunan menurut tertib urut yang ditunjukkan oleh Nabi sendiri.
Berdasarkan usulan Umar bin Khattab, pada masa pemerintahan Abu Bakar diadakan proyek pengumpulan Al-Qur’an. Hal ini dilatar belakangi oleh peristiwa gugurnya 70 orang penghafal Al-Qur’an dalam perang Yamamah. Maka ditugaskanlah Zaid bin Tsabit untuk melakukan pekerjaan tersebut. Ia kemudian mengumpulkan tulisan Al-Qur’an dari daun, pelapah kurma, batu, tanah keras, tulang unta atau kambing dan dari sahabat-sahabat yang hafal Al-Qur’an.
Dalam upaya pengumpulan Al-Qur’an ini, Zaid bin Tsabit bekerja sangat teliti. Sekalipun beliau hafal Al-Qur’an seluruhnya, tetapi masih memandang perlu mencocokkan hafalannya dengan hafalan atau catatan sahabat-sahabat yang lain dengan disaksikan dua orang saksi. Selanjutnya, Al-Qur’an ditulis oleh Zaid bin Tsabit dalam lembaran-lembaran yang diikatnya dengan benang, tersusun menurut urutan ayat-ayatnya sebagaimana yang telah ditetapkan Rasulullah saw.
Pada masa Utsman terjadi ikhtilaf tentang mushaf Al-Qur’an, yakni berkaitan dengan ejaan, qiraat dan tertib susunan surat-surat. Oleh karena itu atas usulan Huzaifah bin Yaman, Utsman segera membentuk panitia khusus yang dipimpin Zaid bin Tsabit beranggotakan Abdullah bin Zubair, Saad bin Ash dan Abdurrahman bin Harits bin Hisyam untuk melakukan penyeragaman dengan merujuk kepada lembaran-lembaran Al-Qur’an yang ditulis pada masa khalifah Abu Bakar yang disimpan oleh Hafsah, isteri Nabi saw.
Al-Qur’an yang dibukukan oleh panitia ini kemudian dinamai “Al-Mushaf” dan dibuat lima rangkap. Satu buah disimpan di Madinah—dinamai “Mushaf Al-Imam”—dan sisanya dikirim ke Mekkah, Syiria, Basrah dan Kufah. Sementara itu lembaran-lembaran Al-Qur’an yang ditulis sebelum proyek ini segera dimusnahkan guna menyatukan kaum muslimin pada satu mushaf, satu bacaan[6], dan satu tertib susunan surat-surat.

Al-Muta’abbadu bitilawatih
Membaca Al-Qur’an itu bernilai ibadah. Banyak sekali hadits yang mengungkapkan bahwa membaca Al-Qur’an adalah merupakan bentuk ibadah kepada Allah yang memiliki banyak keutamaan, diantaranya adalah:
Bacalah Al-Qur’an, karena sesungguhnya Allah akan memberi pahala kepadamu karena bacaan itu untuk setiap hurufnya 10 kebajikan. Saya tidak mengatakan kepada kalian bahwa ‘Alif-Laam-Mim’ itu satu huruf, tetapi ‘alif’ satu huruf, ‘Laam’ satu huruf dan ‘Miim’ satu huruf” (HR. Hakim).
“Bacalah Al-Qur’an, karena sesungguhnya ia akan menjadi cahaya bagimu di bumi dan menjadi simpanan (deposito amal) di langit.” (HR. Ibnu Hibban).
“Orang yang mahir dalam membaca Al-Qur’an bersama para malaikat yang mulia lagi taat. Dan barangsiapa membaca Al-Qur’an, sementara ada kesulitan (dalam membacanya), maka baginya dua pahala. “ (HR. Bukhari & Muslim)
***

[1] Abul Walid adalah seorang sastrawan Arab yang jarang bandingannya. Suatu saat ia diperintahkan para pemimpin Quraisy untuk menghadap Nabi Muhammad saw dengan maksud membujuk beliau supaya meninggalkan dakwah Islam dengan janji bahwa beliau akan diberi pangkat, harta dan sebagainya. Abul Walid menyampaikan bujukannya ini dan membacakan syair-syair. Tapi kemudian Nabi Muhammad saw membacakan surat Fushilat dari awal sampai akhir. Abul Walid pun tertarik dan terpesona mendengarkan ayat itu sehingga ia termenung memikirkan keindahan gaya bahasanya. Ia kemudian datang kepada para pemimpin Quraisy dan mengatakan kata-kata di atas. [2] Pokok-pokok Ajaran Islam, DR. Miftah Faridl, Pustaka Bandung hal. 9.
[3] Di antara ayat-ayat tersebut umpamanya QS. 39: 6, 6: 125, 23: 12-14, 51: 49, 41: 11: 41, 21: 30-33, 51:7, 49 dan lain-lain
[4] Menurut para ulama hadits qudsi ialah: “Sesuatu yang diberitakan Allah kepada Nabi saw dengan perantaraan Jibril, atau dengan jalan ilham atau mimpi waktu tidur, lalu oleh beliau disampaikan kepada ummat dengan lafadz dan ucapan beliau sendiri, berdasarkan taufiq dari Allah ta’ala. Apabila Rasulullah saw meriwayatkan hadits qudsi, biasanya mengucapkan “Qaala-Llahu ta’aala” (Allah berfirman…), tapi firman itu tidak dimasukkan dalam Al-Qur’an. Begitu juga uslub-nya (susunan kata) tidak sama dengan uslub ayat-ayat Al-Qur’an.
[5] Lihat Kelengkapan Tarikh Muhammad (Gema Insani Press) hal. 142-143.
[6] Bacaan (qiraat) yang dikenal oleh masyarakat muslim saat ini bermacam-macam, tetapi bacaan yang berbeda-beda itu tidak berlawanan dengan ejaan mushaf-mushaf Utsman.

Senin, 11 November 2013

Hiburan Yang Di Anjurkan Islam


Hiburan sejati ialah hiburan yang bertapak di hati. Ia boleh membawa hati yang tenang. Syarat bagi ketenangan hati itu ialah dengan mengisi keperluan asasinya iaitu iman. Firman Allah Subhanahu wa ta‘ala dalam Al-Qur‘an yang tafsirnya :
“Orang-orang yang beriman dan tenang tenteram hati mereka dengan zikir kepada Allah. Ketahuilah! Dengan zikir kepada Allah itu, tenang tenteramlah hati manusia”. - (Surah Al-ra‘ad: 28)
Oleh itu orang yang beriman akan mendapat hiburan dengan cara berhubung dengan Allah dengan melaksanakan perintah, kewajipan, melakukan perkara-perkara yang disunatkan seperti zikir, puasa, sedekah dan lain-lain seumpamanya, berinteraksi dengan alam ciptaan Allah, dan menerima segala ketentuan daripada Allah Subhanahu wa Ta‘ala.

Apabila melaksanakan perintah Allah, mereka terhibur kerana merasakan perintah itu datang daripada kekasihnya. Kalau yang menyuruh itu kekasih, tidak ada yang disusahkan bahkan kegembiraan yang akhirnya membawa ketenangan. Mereka rasa seronok dan terhibur dengan ibadah tersebut.

Orang mukmin juga rasa terhibur dengan warna kehidupan yang dicorakkan oleh Allah. Hatinya sentiasa bersangka baik dengan Allah, membuatkannya tidak pernah resah. Apabila diberi nikmat mereka rasa terhibur, lalu bersyukur. Diberi kesusahan, mereka terhibur, lalu bersabar. Mereka yakin dengan firman Allah Subhanahu wa Ta‘ala yang tafsirnya :
“(Katakanlah wahai orang-orang yang beriman: “Ugama Islam yang kami telah sebati dengannya ialah): Celupan Allah (yang mencorakkan seluruh kehidupan kami dengan corak Islam); dan siapakah yang lebih baik celupannya selain daripada Allah? (Kami tetap percayakan Allah) dan kepadaNyalah kami beribadat” (Surah Al-Baqarah: 138)
Orang yang beriman juga akan terhibur apabila melihat alam ciptaan Allah Subhanahu wa Ta‘ala. Mereka merasa tenang, bahagia dan gembira melihat pantai, bukit bukau, langit, laut dan sebagainya. Melihat, mendengar dan berfikir tentang keindahan itu sudah cukup bagi mereka merasai keindahan alam dan kebesaran penciptaNya. Sifat sedemikian merupakan sifat orang-orang yang bertaqwa iaitu orang yang berusaha memelihara dirinya daripada menyalahi hukum dan undang-undang Allah Ta‘ala. Firman Allah Subhanahu wa Ta‘ala tafsirnya :
“Sesungguhnya pertukaran malam dan siang silih berganti, dan pada segala yang dijadikan oleh Allah di langit dan di bumi, ada tanda-tanda (yang menunjukkan undang-undang dan peraturan Allah) kepada kaum yang mahu bertaqwa”. (Surah Yunus: 6)
Selain itu mereka ini dapat menghayati maksud sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam yang maksudnya:
“Sesungguhnya Allah itu indah. Dia suka keindahan”. (Hadis riwayat Muslim)
Islam tidak menolak hiburan dari luar selama hiburan luar itu boleh menyumbang dan menyuburkan lagi hiburan dalaman hati dengan syarat ia mematuhi syariat. Alunan ayat suci Al-Qur‘an, selawat yang memuji Nabi, lagu yang menyuburkan semangat jihad, puisi atau syair yang menghaluskan rasa kehambaan kepada Tuhan, pasti akan menyuburkan lagi iman mereka. Firman Allah Subhanahu wa Ta‘ala yang tafsirnya :
“Allah telah menurunkan sebaik-baik perkataan iaitu kitab suci Al-Qur‘an yang bersamaan isi kandungannya antara satu dengan yang lain (tentang benarnya dan indahnya), yang berulang-ulang (keterangannya, dengan berbagai cara); yang (oleh kerana mendengarnya atau membacanya) kulit badan orang-orang yang takut kepada Tuhan mereka menjadi seram; kemudian kulit badan mereka menjadi lembut serta tenang tenteram hati mereka menerima ajaran dan rahmat Allah”. (Surah Al-Zumar: 23)
FirmanNya lagi yang tafsirnya :
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu (yang sempurna imannya) ialah mereka yang apabila disebut nama Allah (dan sifat-sifatNya) gementerlah hati mereka; dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya, menjadikan mereka bertambah iman, dan kepada Tuhan mereka jualah mereka berserah”. (Surah Al-Anfaal: 2)
Dan firmanNya lagi yang tafsirnya :
“Iaitu orang-orang yang apabila disebut nama Allah, gerun gementarlah hati mereka, dan orang-orang yang sabar terhadap kesusahan yang menimpa mereka, dan orang-orang yang mendirikan sembahyang, serta orang-orang yang mendermakan sebahagian dari rezeki yang Kami berikan kepadanya”. (Surah Al-Hajj: 35)
Semua ibadat jika dilaksanakan dengan penuh perhatian, pasti akan memberi ketenangan jiwa, lihat sahaja ibadat sembahyang, sekalipun merupakan suatu kewajipan orang Islam, ia juga suatu hiburan yang kekal yang menjadikan hati orang yang beriman dan bertaqwa itu terhibur dengan sembahyang kerana mereka terasa sedang berbisik-bisik, bermesra, mengadu dan merintih dengan kekasih hatinya iaitu Allah Subhanahu wa Ta‘ala.

Hal ini telah dijelaskan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bahawa dengan sembahyang, hati orang beriman dan bertaqwa sudah terhibur, Baginda bersabda yang maksudnya :
“Di antara kesenangan dunia yang aku sukai ialah wanita, wangi-wangian dan penenang hatiku adalah sembahyang”. (Hadis riwayat Al-Nasa‘ei)

Bagaimanakah Tidur Yang Tidak Membatalkan Wudhu’?


Wudhu disyari‘atkan untuk mengangkat hadats kecil. Orang yang berwudhu akan berada di dalam keadaan suci dan seterusnya dapat menunaikan ibadat-ibadat yang hanya sah apabila dia berkeadaan suci daripada hadats seperti sembahyang, thawaf serta memegang mushaf al-Qur’an.

Keharusan melakukan perbuatan-perbuatan tersebut akan terhenti dengan berlakunya perkara-perkara yang boleh membatalkan wudhu dan di antara perkara yang membatalkan wudhu itu ialah tidur.

Jumhur ulama mazhab fiqh menyimpulkan, tidur itu boleh membawa kepada batalnya wudhu. Ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari ‘Ali bin Abi Thalib Karramallahu Wajhah bahawa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
Maksudnya: “Pengikat (pengawal) dubur (daripada keluar sesuatu daripadanya) itu ialah dua belah mata (jaga), makasesiapa yang tidur, hendaklah dia berwudhu.”(Hadits riwayat Abu Daud)
Hadits tersebut bermaksud bahawa sedar atau jaga (tidak tidur) itu akan mengawal keluarnya sesuatu dari dubur, manakala orang yang tidur kadang-kadang keluar sesuatu daripada duburnya tanpa disedarinya.

Walau bagaimanapun, adakah semata-mata tidur membatalkan wudhu? Apakah sukat-sukat tertentu yang menjadi ukuran dalam penentuan tidur yang boleh membatalkan wudhu itu?

Untuk menjawab persoalan tersebut, berikut dijelaskan perkaraperkara yang berkaitan dengan tidur yang membatalkan wudhu dan yang tidak membatalkan wudhu mengikut pendapat para ulama mazhab Syafi‘e.

Tidur Yang Tidak Membatalkan Wudhu

Para ulama mazhab Syafi‘e menjelaskan dengan terperinci mengenai tidur yang tidak membatalkan wudhu itu. Mereka berpendapat bahawa tidur itu bagaimanapun keadaannya boleh membatalkan wudhu kecuali tidur di dalam posisi duduk,sama ada duduk di atas lantai atau tanah seperti duduk di atas tikar sembahyang atau duduk di atas kerusi seperti duduk di dalam kapal terbang dan termasuklah duduk sambil memeluk lutut. Tidur dengan cara demikian tidaklah menyebabkan wudhu batal, tetapi hendaklah memenuhi syarat atau ketetapan berikut :

1) Hendaklah tetap tempatnya (punggung dan tempat keluar hadats) di atas tanah, lantai, kerusi, binatang tunggangan atau selainnya, iaitu dua pipi punggungnya tetap pada tempatnya, tidak berubah dari posisi awal sebelum dia tidur, sekalipun jika seseorang itu bersandar atau duduk berpeluk lutut pada atau di atas sesuatu yang boleh menyebabkan dia jatuh atau gugur apabila sesuatu itu tiada. Ini kerana tidur dalam keadaan ini tidak dikhuatiri akan keluar sesuatu (angin) dari duburnya (kentut). Adapun kebarangkalian keluarnya sesuatu dari qubul bukanlah perkara yang perlu diambil kira kerana ianya jarang berlaku.

Namun jika diyakini keluar angin daripada qubul sama ada lelaki atau perempuan, maka wudhu itu tetap batal.

2) Hendaklah tiada ruang di antara punggung dan tempat tetapnya itu ataupun tidak renggang di antara keduanya. Wudhu seseorang tidak akan batal jika terdapat ruang yang ditutup dengan sesuatu seperti kapas.
Wudhu orang yang tidur dengan posisi sedemikian adalah tidak batal. Perkara ini bersandarkan kepada hadits yang diriwayatkan dari Anas Radhiallahu ‘anhu, beliau berkata:
Maksudnya: “Para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam pernah tidur kemudian mereka berdiri menunaikan sembahyang dengan tidak (lagi) mengambil wudhu.” (Hadits riwayat Muslim)
Perbuatan tidur yang dimaksudkan di dalam hadits ini ialah tidur dalam keadaan duduk yang tetap dan menurut riwayat lain, para sahabat itu tidur dalam keadaan duduk yang tetap sehingga kepala mereka terangguk-angguk hampir mencecah lantai. Mereka tidak lagi mengambil wudhu dan terus menunaikan sembahyang Isya’.Wudhu seseorang yang tidur dengan duduk yang tetap juga tidak batal jika pipi punggung atau salah satu pipi punggungnya berubah dari tempat asal atau terangkat selepas atau ketika dia bangun atau
sedar. Ini kerana asal keadaannya yang suci setelah berwudhu. 

Tidur Yang Membatalkan Wudhu

Wudhu seseorang akan batal jika tidurnya itu dalam keadaan yang tidak memenuhi syarat atau ketetapan di atas, iaitu apabila dia tidur dengan posisi punggung yang tidak tetap, tidur dengan posisi berdiri atau tidur dengan posisi berbaring, menelentang mahupun bertiarap walaupun dengan menutup atau menyumbat sesuatu
seperti kapas pada ruang antara punggung dan tempat letak punggung tersebut.

Tidur dalam keadaan duduk yang tetap juga boleh menyebabkan wudhu batal, jika seseorang mendapati punggungnya telah berubah dari tempat asalnya atau terangkat sebelum dia bangun atau sedar ataupun tempat duduknya berlubang-lubang seperti kerusi rotan.

Ini kerana telah berlalu (berlaku) detik dia tidur dengan tidak tetap duduknya.

Adakah Wudhu Batal Disebabkan Mengantuk?

Wudhu seseorang tidak menjadi batal disebabkan mengantuk. Sekiranya seseorang menutup mata kerana mengantuk, tetapi masih dapat mendengarkan percakapan orang di sekeliling, maka dia masih boleh saja melakukan ibadat tanpa perlu mengambil wudhu semula kerana dia dikira masih jaga.

Antara tanda-tanda orang yang mengantuk itu ialah, dia masih dapat mendengar percakapan orang di sekelilingnya walaupun tidak memahami percakapan itu. Adapun jika dia tidak sedar, tidak mendengar lagi
percakapan di sekelilingnya dan bermimpi, maka dia telah dikira tidur.

Adakah Wudhu Batal Disebabkan Rasa Syak Atau Ragu?

Menurut para ulama, wudhu seorang yang tidur dengan posisi duduk yang tetap tidak batal dalam keadaan seperti berikut:-

1) Jika dia merasa ragu atau syak sama ada pipi punggungnya atau salah satu pipi punggungnya berubah dari tempat asal atau terangkat.

2) Jika dia merasa ragu atau syak sama ada pipi punggungnya atau salah satu pipi punggungnya berubah dari tempat asal atau terangkat sebelum atau sesudah dia bangun atau sedar.

3) Jika dia merasa ragu atau syak sama ada dia tidur dengan posisi duduk yang tetap atau berubah.

4) Jika dia merasa ragu atau syak sama ada dia tidur atau hanya mengantuk.

Dalam hal lain mengenai perkara syak atau ragu ini juga, ulama ada menjelaskan bahawa seseorang yang merasa yakin dia masih dalam keadaan suci atau berwudhu’ apabila dia merasa ragu adakah wudhu’nya terbatal atau tidak, maka perasaan ragunya itu tidak menjejaskan wudhu’nya.

Oleh itu, dia boleh mendirikan sembahyang dengan wudhu’nya itu. Begitu juga sebaliknya, jika seseorang merasa yakin bahawa wudhunya sudah terbatal kemudian dia merasa ragu apakah dia masih mempunyai wudhu’, maka dihukumkan bahawa wudhunya telahpun terbatal.

Sekiranya timbul ragu pada diri seseorang, maka hendaklah diteruskan dengan apa yang diyakininya. Ini bersesuaian dengan salah satu qa‘idah fiqhiyyah yang menyebut bahawa:

Ertinya: “Keyakinan tidak dihilangkan oleh keraguan.”

Ini bermaksud keyakinan adalah satu perkara yang tetap, manakala ragu adalah satu perasaan yang mendatang. Oleh itu, sesuatu perkara itu dihukumkan mengikut apa yang tetap (yang diyakini) dan bukan yang diragui. 

Sunat Berwudhu Walaupun Tidur Dengan Posisi Yang Tidak Membawa Kepada Batal Wudhu

Walau bagaimanapun, seorang yang tidur dengan posisi yang tidak menyebabkan wudhunya batal adalah disunatkan untuk berwudhu lagi atas alasan berwaspada dari keberangkalian keluarnya hadats dan mengelak dari khilaf (perselisihan) para ulama.

Dalam pada itu juga, ulama mazhab Syafi‘e telah sepakat mengatakan bahawa memperbaharui wudhu itu adalah satu amalan yang dituntut mengikut keadaan tertentu.

Menurut pendapat yang ashah, memperbaharui wudhu itu disunatkan hanya apabila dia telah mengerjakan sembahyang fardhu atau sunat dengan wudhunya yang pertama tadi. Al-Qadhi Abu ath-Thaiyib di dalam kitabnya Syarh al-Furu‘, al-Baghawi, alMutawalli, ar-Ruyani dan lain-lain ulama mazhab memutuskan bahawa jika seseorang itu belum menggunakan wudhunya yang pertama dengan melakukan apa jua ibadah, maka hukum memperbaharui wudhu itu adalah makruh. 

Ibnu Hajar Rahimahullah pula menegaskan bahawa tuntutan sunat memperbaharui wudhu itu ialah apabila dia telah mengerjakan apa jua sembahyang sekalipun yang hanya satu rakaat. Jika dia tidak bersembahyang, walaupun telah melakukan sujud (sajdah atau syukur) ataupun thawaf tidaklah disunatkan memperbaharui wudhu, bahkan hukumnya adalah makruh.

Demikianlah dihuraikan beberapa perkara mengenai tidur dalam keadaan berwudhu. Kesimpulannya, wudhu tidak batal disebabkan tidur dalam posisi duduk dengan tempat yang tetap di atas lantai atau seumpamanya dan wudhu tidak batal jika ia disertai dengan perasaan ragu akan berlakunya perkara-perkara yang membawa kepada batal akibat tidur.

Sabtu, 09 November 2013

Sejukkan Hati Dengan Wuduk


Sejukkan Hati Dengan Wuduk

Rasulullah saw pernah menjelaskan orang yang kuat dalam pandangan syarak ialah mereka yang berjaya mengawal perasaan ketika marah untuk mengelak daripada bencana lebih buruk. Dia boleh mengalihkan situasi marah itu kepada satu keadaan yang lebih baik.

Hal itu dijelaskan Abu Hurairah, bahawa Rasulullah saw bersabda yang bermaksud : 
“Orang yang kuat itu bukan terletak pada kemampuan berkelahi, tetapi orang yang kuat itu adalah yang dapat mengendalikan diri mereka ketika sedang marah.” (Hadis riwayat Imam Ahmad) 
Islam mengajar umatnya bagaimana mengendalikan diri dalam keadaan marah supaya sifat marahnya itu tidak berlarutan. Antaranya jika seseorang yang sedang marah itu dalam keadaan berdiri, adalah lebih baik dia duduk.

Sabda Rasulullah saw yang bermaksud : 
“Jika salah seorang antara kalian marah sedang pada saat itu ia dalam keadaan berdiri, maka hendaklah ia duduk. Namun jika tidak hilang juga marahnya, maka hendaklah ia berbaring.” (Hadis riwayat Imam Ahmad).
Selain itu, mereka yang sedang marah juga boleh memadamkan kemarahannya dengan berwuduk. Dua perkara kelebihan wuduk, pertamanya membersihkan diri daripada kekotoran hati dan keduanya secara fizikal menyejukkan hati yang melahirkan ketenangan.

Hadis diriwayatkan Abu Daud yang bermaksud : 
“Sesungguhnya marah itu daripada syaitan dan sesungguhnya syaitan itu diciptakan daripada api dan api itu hanya dapat dipadamkan dengan air. Oleh kerana itu, jika salah seorang daripada kamu marah, maka hendaklah ia berwuduk.” 
Mereka yang berjaya menahan amarahnya supaya tidak merebak akan mendapat ganjaran di sisi Allah di dalam syurga kelak, di mana mereka boleh memilih mana-mana bidadari yang mereka sukakan.

Perkara ini dijelaskan Rasulullah SAW melalui sabda yang bermaksud : 
“Barang sesiapa menahan amarahnya pada hal ia mampu untuk menumpahkannya, maka Allah akan memanggilnya di hadapan para pemimpin makhluk, lalu Allah memberinya kebebasan untuk memilih bidadari mana yang ia sukai.” (Hadis riwayat Tirmizi dan Ibn Majah)
Di samping mampu menahan sifat marah, seseorang itu juga perlu bersedia memaafkan pihak yang membuatkan mereka marah. Memaafkan kesalahan orang lain digalakkan bagi mengekalkan silaturahim dan keharmonian. Malah, sifat pemaaf meletakkan seseorang itu di tempat yang tinggi.

Jumat, 08 November 2013

Kisah Teladan Pemuda yang Malas Solat


Kisah Teladan Pemuda yang Malas Solat

Diceritakan, ada seorang pemuda berjumpa dengan seorang syeikh kerana ada satu hajat yg besar.

Pemuda itu berkata kpd syeikh "wahai syeikh, boleh aku diangkatkan dari kewajipan menunaikan solat fardu 5 waktu?"

Maka syeikh itu pun menjawab "ya, boleh. Tapi dgn satu syarat."

Pemuda itu bertanya "apakah syaratnya wahai syeikh?"

"Syaratnya ialah, hendaklah engkau menunaikan solat 5 waktu di belakang imam (berjemaah) tanpa terlepas takbir pertama (takbiratul ula) selama 40 hari. Kemudian engkau dilepaskan dpd tgjwb menunaikan solat 5 waktu.

Pemuda itu sanggup menunaikan syarat tersebut dan terus mengerjakan apa yg disuruh. Setelah 40 hari pemuda itu berjumpa lagi kpd syeikh.

"Sekarang bolehlah engkau meninggalkan solat 5 waktu?" maka dijawab pemuda itu "Bagaimana mungkin aku meninggalkan solat? padahal ia sudah menjadi darah dagingku"

Selasa, 29 Oktober 2013

Syukur Kini Aku Menutup Aurat!

Detik waktu yang semakin hari semakin membuka mata aku yang sedikit sepet ini untuk melihat betapa indahnya wanita yang menutupi auratnya dan melabuhkan pakaiannya di hadapan ajnabi. Aku masih samar dan hampir setahun lebih mencari identiti diri dengan membandingkan diri aku dengan wanita-wanita muslimah yang lain.
“Ya Allah, bagaimanakah dia boleh berpakaian menutup aurat begitu, sedangkan aku masih berpakaian membalut aurat?” 
“Aku nak pakai cantik-cantik la, biar jejaka-jejaka hensem melihat dan mengetahui kewujudan aku.”
“Aku nak hias elok-elok la sikit sebab nak jumpa kekasih hati aku.”
“Eh, dia tu pakai baju besar-besar tak rimas ke?”
Dan banyak lagi kenyataan dan persoalan yang dituturkan dalam minda dan hati aku. Astaghfirullahalaziim… begitu kolot pemikiran aku.


Aku pernah terfikir untuk mencuba berubah dan berhijrah menutup aurat dengan sempurna setelah masuk ke alam kampus. Namun, aku terlalu mengikut kata hati yang kadangkala membuat keinginan berubah itu menjadi mati.

Fikiran aku terus berputar mengatakan bahawa, jika aku ingin berubah untuk menutup aurat dengan sempurna, seluar jeans yang baru dibeli macamana? Baju-baju kesayangan tak dapat dipakai lagi, dan sewaktu dengannya. Tanpa aku menyedari, Allah telah membuka pintu hati aku secara perlahan-lahan, memberi taufik dan hidayah-Nya untuk mengubah cara berpakaianku seperti wanita muslimah yang ingin mencari syurga yang abadi.

Dan aku yakin, segelintir kaum hawa yang menangguh untuk berubah adalah disebabkan tidak bersedia untuk beristiqamah, kerana perangai yang kurang elok, dan rasa sayang terhadap pakaian yang baru dibeli, mahal dan cantik.
Wahai kaum hawa, berdoalah agar dibukakan pintu hati untuk menutup aurat dengan sempurna, berkorbanlah walau kalian sayang dengan pakaian mahal, sendat, cantik dan seumpama itu. Percaya dan yakinlah bahawa, pengorbanan itu tidaklah sia-sia melainkan pelbagai limpahan ganjaran yang akan Allah hadirkan nanti.
Memang ramai yang terfikir :
“Tutup aurat je, perangai tak tahulah; lebih daripada setan.”
“Harap je tutup melitup, perangai tak senonoh, ketawa berdekah-dekah.”
“Kalau aku nak berubah pakai elok-elok, aku nak ubah perangai dulu.”
Wahai sekalian sahabat-sahabat, perangai susah nak berubah. Kalau la nak tunggu perangai berubah dulu, kita tak tahu bila la nak dapat tutup aurat seperti garis panduan Islam. Buka minda kita, cuba berfikir secara logik, sekiranya kita cuba untuk menutup aurat dengan sempurna, dengan izin Allah, secara perlahan-lahan perangai yang buruk tadi akan turut berubah ke arah yang lebih baik. insyaAllah. Sama-sama kita doakan.

Hadirnya aku di sini, ingin cuba membuka mata kaum hawa yang aku cintai, sedarlah kita hidup cuma sementara, mati tak tahu bila, ajal masa mana pun boleh tiba. Berubahlah sebelum terlambat, berkorbanlah kerana pengorbanan itu harus dikorbankan.

Untuk apa?? Untuk menggapai redha Ilahi.

Untuk siapa?? Untuk Pencipta kita yang seharusnya kita patuhi.

Mengapa?? Kerana itu dituntut dalam Islam agama yang kita anuti.

Dan mengapa?? Kerana kita sememangnya hamba ALLAH, yang seharusnya minda dan hati selalu ingat Ilahi.

Alhamdulillah aku berubah kerana Allah. Allah telah hadirkan seseorang sahabat kepada aku yang dulunya berpakaian ‘rockers’ dan secara drastiknya dia memakai tudung bulat labuh. SubhanAllah, aku mengagumi kekuatan yang Engkau berikan kepada dirinya.

Lantas mindaku berputar ligat berfikir, “Dia boleh berubah, kenapa tidak aku?”

Aku mengumpul segala kekuatan, berubah kerana Allah, Allah lah yang menciptakan sekalian makhluk, kenapa tidak kita berkorban kerana-Nya? Sungguh banyak nikmat yang diberikan, tidakkah kita rasa betapa sayangnya Dia pada kita.

Diri ini bukanlah sempurna sangat tapi  mencuba untuk menyampaikan apa yang Allah suruh dan aku cuba untuk menyampaikan dakwah walaupun hanya sedikit.  Sudah jelas dalam Al-Quran, Allah menyuruh hamba-Nya menutup aurat, bukan membalut aurat.
“Wahai anak cucu Adam! Sesungguhnya kami telah menyediakan pakaian untuk menutupi auratmu dan untuk perhiasan bagimu. Tetapi, pakaian takwa, itulah yang lebih baik. Demikianlah sebahagian tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka ingat.” (Al-A’Raf: 26)
Sekiranya kita sendiri mengkhianati diri kita, dan membuat kezaliman terhadap diri kita, maka siapa akan menolong kita nanti.
“…Wahai manusia! Sesungguhnya kezalimanmu bahayanyaakan menimpa dirimu sendiri; itu hanya kenikmatan hidup duniawi, selanjutnya kepada kamilah kembalimu, kelak akan kami kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (Yunus: 23)
Marilah berubah wahai kaum hawa. Tutuplah aurat dengan sempurnya. tak usah lah nak buka sini buka sana.


Dan… Al-Quran tidak ada keraguan padanya. Takutlah pada azab Allah. Cuba tutup aurat dengan sempurna, insyaAllah akan ada perubahan yang baik terhadap sesuatu yang lain.
“Kitab (Al-Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.” (Al-Baqarah: 2)
Jom sama-sama berubah! INIKALILAH!

Sumber asal : iluvislam.com

Kamis, 24 Oktober 2013

Perhiasan Rumah Yang Dilarang Dalam Islam


Rumah adalah tempat perlindungan dan beristirahat. Pastinya setiap orang inginkan ketenangan setiap kali berada di rumah.

Dalam mencari ketenangan, tentu sahaja kita memerlukan rumah yang bersih tanpa wujudnya barang-barang yang boleh mendatangkan kemusyrikan kepada kita.

Rasulullah SAW bersabda:
“Empat perkara yang membawa kebahagian iaitu Isteri Solehah, Tempat tinggal yang luas, jiran yang baik dan Kenderaan yang selesa” – (Ibnu Hibban)
Manakala Allah SWT berfirman:
“Allah menjadikan untuk kamu rumah-rumah kamu sebagai tempat yang menyenangkan” – (Surah an-Nahl : 80)
Oleh itu, dalam menghias rumah, tidak harus wujudnya unsur-unsur berbentuk syirik seperti patung.

Ini kerana, dlm mencari ketenangan, kita juga mengharapkan supaya Malaikat Rahmat masuk ke dalam rumah, kerana malaikat tidak akan masuk ke dalam rumah yang mengandungi patung.

Rasulullah SAW bersabda :
“Sesungguhnya Malaikat tidak akan masuk ke rumah yang di dalamnya ada patung” – (Bukhari dan Muslim)
Begitu juga dengan rumah-rumah yang dihiasi dengan gambar yang berbentuk lucah, wanita tidak berpakaian dan seumpamanaya.

Kadang kala, terdapat rumah yang mempunyai kawasan yang luas dan pada zahirnya kelihatan tenang dan cantik tetapi malangnya tidak dimasuki Malaikat sebab wujudnya gambar-gambar berunsur kemaksiatan, patung-patung hiasan dan seumpamanya.

Cacatkan Angota Patung

Sekiranya terdapat perhiasan berbentuk patung di dalam rumah, maka hendaklah dicacatkan anggotanya seperti patahkan kepala patung tersebut atau yang sewaktu dengannya.

Ini berdasarkan sebuah hadis yang menceritakan tentang keengganan Jibrail a.s memasuki rumah Rasulullah SAW kerana di pintu rumahnya ada sebuah patung. Hari berikutnya pun Jibrail masih tidak mahu masuk, sehingga dia mengatakan kepada Nabi Muhammad :
“Perintahkanlah supaya memotong kepala patung itu. Maka dipotonglah ia sehingga keadaannya menjadi seperti sepohon pokok” – (Riwayat Abu Daud, Nasai dan Termizi dan Ibnu Hibban)
Dengan kecacatan tersebut, tiada kemungkinan patung itu akan diagung-agungkan.

Bagaimanapun, patung-patung permainan yang digunakan oleh anak-anak perempuan dibolehkan dalam Islam kerana permainan sebegini ini sekurang-kurangnya boleh mengajar anak-anak untuk masa akan datang cara mendidik anak-anak mereka.

Perhiasan Yang Di Benarkan dan Yang Tidak Di Benarkan Dalam Islam

Menyentuh isu perhiasan yang dibolehkan dalam Islam, adalah seperti ayat-ayat suci al-Quran, pokok, gambar pemandangan dan benda yang tidak bernyawa. Tidak salah dalam Islam membuat perhiasan daripada gambar berbentuk pemandangan laut, perkampungan, pohon di hutan, sungai dan sebagainya yang selari dengannya.

Cuma, yang tidak dibenarkan oleh Islam antaranya ialah gambar-gambar artis yg memperagakan auratnya untuk tatapan umum atau gambar Orang Kafir (orang bukan Islam) yang melakukan musyrik terhadap Allah SWT.

islam tidak menggalakkan gambar-gambar seperti ini kerana ia melambangkan keagungan atau timbul perasaan memuja mereka.

Menggantungkan gambar-gambar Orang Alim dibenarkan sebab ia dilihat dari sudut ketokohan dan kelebihan ilmunya dan Islam juga mengharuskan gambar sebegini untuk dijadikan contoh.

Begitu juga dengan gambar-gambar keluarga atau haiwan yang diambil secara fotografi dibenarkan kerana boleh menjdi kenangan.

Seksaan Pada Hari Kiamat

Islam melarang perhiasan pinggan mangkuk yg diperbuat dari emas dan perak kerana bilamana adanya perhiasan sebegini di rumah, kemungkinan besar akan menimbulkan perasaan atau sifat sombong, riak dan ingin menunjuk-nunjuk kemewahan yang ada padanya.

Larangan ini adalah untuk menjaga hati fakir miskin supaya tidak merasa rendah diri atau wujudnya perbezaan atau jurang yang berlebihan antara golongan kaya dan miskin.

Manakala bekas-bekas acuan kuih-muih yang berbentuk haiwan, ia dibolehkan kerana acuan-acuan ini akan dibuat dalam bentuk makanan yang akhirnya akan dimakan, tidak disimpan dan tidak kekal maka ia dibolehkan.

Begitu juga halnya dengan permaidani yang ada gambar binatang, tidak haram diletakan di dalam rumah sebab ia diletakkan di dalam kedudukan rendah. Permaidani akan dipijak dan ia akan tidak membayangkan ia diagungkan.

Islam juga mengingatkan, orang yang mengukir dan memahat patung akan menerima azab yang dahsyat pada hari kiamat.

Sabda Rasulullah SAW :
“Sesungguhnya orang yang paling berat seksaannya pada hari kiamat ialah orang yang membuat ukiran atau memahat patung ini. Dalam satu riwayat lain diterangkan: Orang yang menandingi kuasa ciptaan Allah”. – (Riwayat Bukhari dan Muslim)
Dalam hadis lain.

Rasulullah s.a.w bersabda :
“Sesiapa yang membuat patung, pada hari kiamat nanti dia akan dipaksa untuk meniupkan roh pada patungnya itu, pada hal dia selamanya tidak dapat meniupkan roh itu”. – (Riwayat Bukhari)
Maksud hadis ini ialah, Allah SWT akan menyuruh orang yang membuat patung itu meniup roh sehingga boleh dan ini tentu sahaja merupakan satu seksaan dan penghinaan kerana bukan kerja manusia meniupkan roh.

-Sumbangan oleh : Hamba Allah

Jumat, 18 Oktober 2013

6 Tips mudah untuk mendapatkan ketenangan hati


6 Tips mudah untuk mendapatkan ketenangan hati
  1. Jangan tergantung terhadap orang lain. Bersikaplah mandiri dan percaya akan kemampuan yang kita miliki.

  2. Jangan berburuk sangka,berfikirlah positif akan membawa pada suatu yang bermanfaat.

  3. Jangan mengingat penyesalan yang tidak pantas disesali dimasa lalu,hidup itu mudah,buatlah dalam suatu perbuatan kita dengan keputusan dan jadikan masa lalu menjadi sebuah pelajaran untuk menjadi yang lebih baik dimasa depan.

  4. Jangan pernah menyimpan dendam dihati,dendam itu di ibaratkan sebagai racun dalam hati kita,jauhi itu.

  5. Jauhi sifat terburu-buru, aset dalam kehidupan bukan harta tapi waktu, maka pergunakan waktu dengan baik.

  6. Jangan khawatir dengan hari esok,ketuklah pintu dan pintu pun akan terbuka,ingatlah ALLAH, ALLAH pun akan ingat pada kita.

Ya Allah.....
Mudahkanlah segala urusan kami hari ini, dekatkanlah rezeki kami, sehatkanlah jiwa raga kami dan mudahkanlah jodoh kami (bagi yg belum menikah), jadikanlah kami keluarga sakinnah mawaddah warrahmah. Aamiin ya Rabbal'alamiin

Senin, 07 Oktober 2013

Kisah Arwah Ibu Ziarah Jenazah Anak


Kisah ini diceritakan oleh seorang ustaz yang bertugas memandikan mayat orang Islam di hospital. Lebih kurang jam 3.30 pagi, saya menerima panggilan dari Hospital Tengku Ampuan Rahimah Klang, Selangor untuk menguruskan jenazah lelaki yang sudah seminggu tidak dituntut. Di luar bilik mayat itu cukup dingin dan gelap serta sunyi dan hening.

Hanya saya dan seorang penjaga bilik tersebut yang berada dalam bilik berkenaan. Saya membuka dengan hati-hati penutup muka jenazah. Kulitnya putih, badannya kecil dan berusia awal 20-an. Allah Maha Berkuasa. Tiba-tiba saya lihat muka jenazah itu sedikit demi sedikit bertukar menjadi hitam. Mulanya saya tidak menganggap ia sebagai aneh, namun apabila semakin lama semakin hitam, hati saya mula bertanya-tanya. 

Saya terus menatap perubahan itu dengan teliti, sambil di hati tidak berhenti-henti membaca ayat-ayat suci Al-Quran. Detik demi detik berlalu, wajah jenazah semakin hitam. Selepas lima minit berlalu, barulah ia berhenti bertukar warna. Ketika itu wajah mayat berkenaan tidak lagi putih seperti warna asalnya, tetapi hitam seperti terbakar. Saya keluar dari bilik berkenaan dan duduk termenung memikirkan kejadian aneh yang berlaku itu. Pelbagai pertanyaan timbul di kepala saya apakah yang sebenarnya telah terjadi? Siapakah pemuda itu? Mengapa wajahnya bertukar hitam? Persoalan demi persoalan muncul di fikiran saya.

Sedang saya termenung tiba-tiba saya dapati ada seorang wanita berjalan menuju ke arah saya. Satu lagi pertanyaan timbul, siapa pula wanita ini yang berjalan seorang diri di bilik mayat pada pukul 4.00 pagi. Semakin lama dia semakin hampir, dan tidak lama kemudian berdiri di hadapan saya. Dia berusia 60-an dan memakai baju kurung.

Ustaz,” kata wanita itu.”Saya dengar anak saya meninggal dunia dan sudah seminggu mayatnya tidak dituntut. Jadi saya nak tengok jenazahnya.” kata wanita berkenaan dengan lembut.

Walaupun hati saya ada sedikit tanda tanya, namun saya membawa juga wanita itu ke tempat jenazah tersebut. Saya tarik laci 313 dan buka kain penutup wajahnya

“Betulkah ini mayat anak mak cik?”tanya saya.”Mak cik rasa betul… tapi kulitnya putih.”Makcik lihatlah betul-betul.” kata saya. Selepas ditelitinya jenazah berkenaan,wanita itu begitu yakin yang mayat itu adalah anaknya. Saya tutup kembali kain penutup mayat dan menolak kembali lacinya ke dalam dan membawa wanita itu keluar dari bilik mayat. Tiba di luar saya bertanya kepadanya.

“Mak cik, ceritakanlah kepada saya apa sebenarnya yang berlaku sampai wajah anak mak cik bertukar jadi hitam?” tanya saya.Wanita itu tidak mahu menjawab sebaliknya menangis teresak-esak.Saya ulangi pertanyaan tetapi ia masih enggan menjawab.Dia seperti menyembunyikan sesuatu.”Baiklah, kalau mak cik tidak mahu beritahu,saya tak mahu uruskan jenazah anak mak cik ini. “kata saya untuk menggertaknya.

Bila saya berkata demikian, barulah wanita itu membuka mulutnya.Sambil mengesat airmata, dia berkata,”Ustaz, anak saya ni memang baik,patuh dan taat kepada saya.Jika dikejutkan di waktu malam atau pagi supaya buat sesuatu kerja,dia akan bangun dan buat kerja itu tanpa membantah sepatahpun.

Dia memang anak yang baik.Tapi…” tambah wanita itu lagi “apabila makcik kejutkan dia untuk bangun sembahyang,Subuh misalnya, dia mengamuk marahkan mak cik.Kejutlah dia, suruhlah dia pergi ke kedai,dalam hujan lebat pun dia akan pergi, tapi kalau dikejutkan supaya bangun sembahyang,anak makcik ini akan terus naik angin.Itulah yang mak cik kesalkan.” kata wanita tersebut.

Jawapannya itu memeranjatkan saya.Teringat saya kepada hadis nabi bahawa barang siapa yang tidak sembahyang,maka akan ditarik cahaya iman dari wajahnya.Mungkin itulah yang berlaku.Wajah pemuda itu bukan sahaja ditarik cahaya keimanannya,malah diaibkan dengan warna yang hitam.

Selepas menceritakan perangai anaknya,wanita tersebut meminta diri untuk pulang.Dia berjalan dengan pantas dan hilang dalam persekitaran yang gelap.Kemudian saya pun memandikan, mengapankan dan menyembahyangkannya.

Selesai urusan itu, saya kembali ke rumah semula.Saya perlu balik secepat mungkin kerana perlu bertugas keesokan harinya sebagai imam di Masjid Sultan Sallehuddin Abdul Aziz Shah, Shah Alam.Selang dua tiga hari kemudian, entah kenapa hati saya begitu tergerak untuk menghubungi waris mayat pemuda tersebut. Melalui nombor telefon yang diberikan oleh Hospital Tengku Ampuan Rahimah,saya hubungi saudara Allahyarham yang agak jauh pertalian persaudaraannya.

Selepas memperkenalkan diri, saya berkata,”Encik, kenapa encik biarkan orang tua itu datang ke hospital seorang diri di pagi-pagi hari.Rasanya lebih elok kalau encik dan keluarga encik yang datang sebab encik tinggal di Kuala Lumpur lebih dekat dengan Klang.”Pertanyaan saya itu menyebabkan dia terkejut,”Orang tua mana pula?” katanya.

Saya ceritakan tentang wanita berkenaan, tentang bentuk badannya,wajahnya, tuturannya serta pakaiannya.”Kalau wanita itu yang ustaz katakan,perempuan itu adalah emaknya, tapi…. emaknya dah meninggal lima tahun lalu!”Saya terpaku, tidak tahu apa yang hendak dikatakan lagi.Jadi ‘apakah’ yang datang menemui saya pagi itu?

Walau siapa pun wanita itu dalam erti kata sebenarnya,saya yakin ia adalah ‘sesuatu’ yang Allah turunkan untuk memberitahu kita apa yang sebenarnya telah berlaku hingga menyebabkan wajah pemuda berkenaan bertukar hitam.Peristiwa tersebut telah terjadi lebih setahun lalu, tapi masih segar dalam ingatan saya.

Ia mengingatkan saya kepada sebuah hadis nabi,yang bermaksud bahawa jika seseorang itu meninggalkan sembahyang satu waktu dengan sengaja,dia akan ditempatkan di neraka selama 80,000 tahun.Bayangkanlah seksaan yang akan dilalui kerana satu hari di akhirat bersamaan dengan seribu tahun di dunia.
Kalau 80,000 tahun?

Ingatlah..azab meninggalkan solat fardhu ini amat dahsyat dan tidak putus-putus seksaannya dari kehidupan dunia hinggalah kehidupan akhirat..Semoga kita semua mengambil iktibar dari cerita ini dan menjadi orang yang sentiasa menjaga solat,InsyaAllah..

Ibadat Solat didik Budaya hidup berdisiplin dan Hargai Masa


ALLAH berfirman yang bermaksud : “Sesungguhnya solat itu ialah satu ketetapan yang diwajibkan ke atas orang yang beriman, yang tertentu waktunya.” (Surah al-Nisa’, ayat 103)

Semua amal ibadat manusia disukai dan diterima oleh Allah. Ibadat adalah jambatan menghubungkan manusia dengan Penciptanya. Hasil pelaksanaan ibadat dapat meningkatkan darjat ketakwaan ke hadrat Allah di samping menggilap kualiti jiwa kemanusiaannya.

Semakin baik dan ikhlas ibadat seseorang Muslim, maka semakin dekat hatinya kepada Allah dan semakin baik hubungannya sesama manusia.

Petikan al-Quran : Dan dirikanlah solat (dengan tekun), sesungguhnya solat itu mencegah daripada perbuatan yang keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingati Allah adalah lebih besar (faedahnya dan kesannya) dan (ingatlah) Allah Maha Mengetahui akan apa yang kamu kerjakan. – Surah al-Ankabut, Ayat 45

Untuk berhubung secara terus dengan Allah tidak memerlukan sebarang alat komunikasi canggih, memadailah seorang Muslim bermunajat pada bila-bila masa dan di mana juga melalui ibadat solat. Solat itu tiang agama dan kemuncak nilai atau etika kehidupan Muslim.

Rasulullah menganjurkan umatnya melaksanakan ibadat solat tepat pada waktunya. Baginda SAW pernah ditanya oleh Ibnu Mas’ud: “Apakah amalan yang paling afdal? Jawab Baginda: Menunaikan solat tepat ada waktunya. Kemudian Ibnu Mas’ud bertanya lagi: Selepas itu, apa pula? Jawab Baginda: Berbuat baik kepada kedua-dua ibu bapa. Akhirnya Rasulullah ditanya lagi: Kemudian, apa lagi? Ujar Baginda: Berjihad pada jalan Allah.” (Hadis riwayat Bukhari)

Antara hikmah solat ialah mendidik umat hidup dengan budaya ‘tepat pada waktunya’ sekali gus menggambarkan pentingnya masa dalam kehidupan seorang Muslim. Di samping itu, ibadat solat juga melatih umat hidup secara tertib dan berperaturan. Fungsi solat juga sebagai penawar ketenangan hati di samping membersihkan jiwa dan raga daripada sebarang kekotoran.

Rasulullah SAW menegaskan bahawa solat adalah penyejuk mata hati Baginda. Kesan yang paling besar terhasil daripada pelaksanaan ibadat solat dengan penuh khusyuk dan ikhlas, ia berupaya menghalang seseorang Muslim daripada keinginan melakukan kemungkaran, baik tindakan mahupun perkataan.

Allah berfirman yang bermaksud: “Dan dirikanlah solat (dengan tekun), sesungguhnya solat itu mencegah daripada perbuatan yang keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingati Allah adalah lebih besar (faedahnya dan kesannya) dan (ingatlah) Allah Maha Mengetahui akan apa yang kamu kerjakan.” (Surah al-Ankabut, ayat 45)

Firman ini secara jelas menegaskan solat penawar atau jalan penyelesaian ampuh untuk mencegah amalan tidak bermoral dan jenayah yang membarah dalam kehidupan manusia sejagat. Dalam erti kata lain, ibadat solat tonggak mewujudkan keharmonian dan kesejahteraan hidup umat Islam.

Sesaat seorang hamba Allah berdiri tegak menunaikan ibadat solat, dia tidak boleh menoleh ke kanan mahupun kiri melainkan meluruskan pandangan wajahnya ke arah tempat sujud. Mereka juga terikat dengan ikrar dibaca dalam solat, inilah solatku dan ibadatku, hidupku dan matiku hanya untuk-Mu ya Allah Tuhan sekalian alam. Ibadat solat jika dilaksanakan dengan sempurna dan ikhlas akan memantulkan ketenangan hati, keimanan mapan dan ketrampilan akhlak yang terpuji.

Mengapa Couple itu Haram?


Ramai remaja membuat alasan bahawa couple itu tidak haram kerana tiada nas yang melarang padanya. Betulkah tiada nas? Bahkan terlalu banyak nas al-Quran dan hadis menjelaskan tentang percintaan teruna dan dara atau couple in HARAM secara terang. Hanya orang-orang JAHIL & FASIQ sahaja yang berani mempermainkan hukum Allah. Hanya orang-orang munafiq sahaja yang buat-buat tidak tahu terhadap kewujudan larangan Allah. Bagi seorang muslim, dia wajib mengetahui perkara ini.

1) Couple itu haram kerana berlakunya zina mata dan penyalahgunaan pancaindera 

ALLAH Berfirman :
“Katakanlah kepada laki-laki yang beriman : Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat”. (Surah An-Nuur : Ayat 30)
Maksdunya, dilarang lelaki melihat bahagian tubuh wanita melainkan wajah dan telapak tangan. Kerana bahagian lain adalah aurat. Jika bercouple, pasti akan berlaku perbuatan MENATAP bahagian dada, pinggang dan lainnya. Apatah lagi jika perempuan bercouple ini memakai baju ketat. Maka akan berlaku zina mata sepanjang pertemuan. Sangat jarang perempuan bercouple pakai tudung labuh dan berjubah. Pendek kata, kalau yang bercouple ini biasanya memang tidak menjaga aurat. Maka, HARAM pertemuan itu.

Ini beberapa hadis yang menceritakan dosa mata :
Nabi Bersabda “Sesungguhnya Allah telah menetapkan bagi anak Adam mendapat bagian dari zina, tidak boleh tidak, zina kedua mata ialah memandang, zina lidah ialah perkataan, dan zina hati ialah keinginan dan syahwat, sedang faraj (kemaluan) saja yang menentukan benar ataau tidaknya dia berbuat zina.” (Muattafaqun `Alaih)
Dari Jarir bin Abdillah z berkata : Saya bertanya kepada Rasulullah mengenai “pandangan yang tiba-tiba”, maka beliau bersabda :”Palingkan pandanganmu.”
( H.R. Muslim dan Abu Daud, lafadz hadits Abu Daud)

Maksudnya jika terpandang aurat secara tiba-tiba. Maka nabi mengarahkan agar sahabat berpaling. Kerana haram MENATAP AURAT WANITA atau WANITA MENATAP AURAT LELAKI. Ini bermakna, tidak boleh menatap kecantikan seseorang yang boleh mendatangkan rangsangan nafsu dan syahwat.

Dalam hadits lain, Rasulullah bersabda :
“Jangan kamu ikuti pandangan (pertama) itu dengan pandangan (berikutnya), pandangan pertama untukmu, dan tidak untuk yang pandangan kedua.” ( H.R. Tirmidzi dan Abu Daud, Tirmidzi dan AlBani menilai hadits ini hasan.)
Yang dimaksud dengan pandangan pertama adalah pandangan yang terlontar tanpa sengaja. Jadi, adakah mungkin orang bercouple tidak saling memandang? Adakah mungkin orang bercouple bila bercakap tutup mata? Sudah tentu mustahil. Bila bercinta akan saling menatap, memandang dan memerhati seluruh tubuh pasangan. Maka inilah DOSA. Ianya HARAM secara jelas.

2) Couple itu haram kerana bersetubuh antara Lelaki dan Perempuan

Biasanya orang bercinta, mula-mula sahaja duduk renggang. Bila sudah selalu bertemu, syaitan akan goda “Engkau ini sudah lama kenal, apa salahnya sentuh-sentuh dan pegang tangan. Semua orang buat macam tu bila bercinta. Barulah namanya pasangan kekasih” maka si lelaki mula buat2 tersentuh.

Kerana itu, Allah melarang mendekati couple sebab bila sudah selalu bersama. PASTI akan berpegang atau bersentuhan. Ingat! Menyentuh dengan sengaja adalah satu perbuatan yang haram. Demikian juga seorang perempuan menyentuh lelaki ajnabi, ini berdasarkan sabda Nabi saw:

Maksudnya: “Kalau dicucuk dengan jarum dikepala salah seorang dari kamu adalah lebih baik daripada dia menyentuh perempuan yang tidak halal baginya”. [HR At-Tabarani 20/212, Sahih Al-Jami’ No. 4921]

Daripada satu hadis yang diriwayatkan daripada ibnu Majah menyatakan bahawa

“Bergomolan dengan babi (khinzir) itu adalah lebih baik berbanding dengan bersentuhan (secara sengaja) dengan wanita yang bukan mahram”.

Bersentuhan (dengan sengaja & apatah lagi bertujuan syahwat) adalah berdosa dan wajib bertaubat (bagi membersihkan dosa). Sedangkan menyentuh anjing tidaklah berdosa dan hanya perlu disuci (bukan bertaubat). Menyentuh anjing bukanlah satu kesalahan (dosa) atau maksiat. Tetapi, menyentuh wanita bukan mahram adalah berdosa dan merupakan maksiat.

“Katakanlah lagi (kepadanya): Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui? Sesungguhnya orang-orang yang dapat mengambil pelajaran dan peringatan hanyalah orang-orang yang berakal sempurna”.
(Surah Zumar: 9)

3) COUPLE ITU HARAM KERANA TERPAKSA MENDENGAR SUARA WANITA YANG MENDAYU-DAYU

Bila bercinta, adalah pasti wanita dan lelaki akan berbicara. Dalam berbicara sudah pasti akan terselit nada mendayu dan perkataan yang lemah-lembut. Kerana itulah dinamakan percintaan. Orang bercouple tidak akan saling tengking menengking. Orang bercouple sudah pasti saling ketawa dan bersenda gurau. Jadi, apakah hukum suara wanita dalam bab bergurau, ketawa dan mendayu-dayu?

Mengikut Imam Syafie;

Suara wanita adalah aurat dihadapan lelaki2 yang ajnabi(Asing) samaada dikhuatiri terjadinya fitnah mahupun tidak.

Suara wanita tidak aurat sekiranya masih berada di dalam batasan yg digariskan. Suara Wanita yg bernada rendah/ mendesak/ merayu/ menggoda/ lembut terhadap ajnabi ataupun didengari oleh ajnabi ianya haram. HARAM bercakap dengan nada yang lembut.

Suara seseorang wanita ajnabiah ketika beliau berada berhampiran dengan lelaki ajnabi adalah Dianggap Sebagai Aurat Menurut Pendapat Yang Sahih. Oleh itu, seseorang wanita tidak dibolehkan mengucapkan tasbih di dalam sembahyang mereka ketika mereka menegur sesuatu perbuatan imam yang salah sebagaimana lelaki mengucapkan tasbih. Bahkan, seseorang wanita hanya memadai menepuk belakang tangannya. Begitulah seterusnya, seseorang wanita tidak dibolehkan meninggikan suaranya ketika mengucapkan talbiah semasa mereka berihram kecuali menurut kadar yang boleh didengar oleh teman wanitanya.

Firman Allah SWT dalam

Surah al-Ahzab ayat 32 yang bermaksud, “Maka seseorang wanita itu janganlah melembutkan suaranya kerana menyebabkan hati orang lelaki yang ada penyakit akan menaruh harapan. Seseorang wanita hendaklah mengucapkan perkataan yang sopan.”

1) Imam Ibnu Jarir at-Tabari RA dalam tafsirnya mengatakan, seseorang perempuan itu janganlah melembutkan suaranya kepada seseorang lelaki yang boleh mendorong orang yang mempunyai niat tidak baik melakukan perbuatan serong kepada perempuan itu. Kemudian, beliau menukilkan hadis dengan sanad yang bersambung kepada Ibnu Abbas RA berkata,

“Seseorang perempuan janganlah menurunkan nada bicaranya dan melembutkan ungkapannya.”

Beliau juga menukilkan hadis yang sanadnya bersambung kepada Ibnu Zaid berkata,

“Menundukkan suara ialah suara yang dibenci Allah yang diluahkan oleh seseorang perempuan kepada lelaki ajnabi, yang boleh menusuk ke dalam jiwa lelaki.”

Perkataan yang makruf ialah ungkapan yang sopan, baik dan terkenal dengan kebaikan.

2) Imam Qadhi Abu Bakar ibnu al-Arabi berkata di dalam kitabnya Akamul Qur’an mengenai firman Allah SWT dalam Surah al-Ahzab ayat 32 itu, Allah SWT telah memerintahkan kepada seseorang perempuan agar ungkapannya keras dan perkataannya terbatas. Tidak boleh menurutkan gaya perbicaraan di dalam hati dihubungkan dengan apa yang diluahkan menggunakan suara lembut, di mana pendengar lelaki boleh berkeinginan untuk berbicara lebih panjang. Seseorang sewajarnya memulakan bicaranya dengan baik dan keras. Seseorang perempuan diperintahkan mendatarkan perkataannya. Dimaksudkan dengan makruf ialah dikembalikan kepada syarak menurut apa yang diperintahkan untuk menyampaikannya atau sekadar hajat yang diperlukan oleh manusia.

3) Imam al-Qurtubi berkata di dalam tafsirnya al-Jamik Li Ahkam al-Qur’an, “seseorang perempuan tidak boleh melembutkan suaranya. Allah memerintahkan kepada seseorang perempuan agar perkataannya keras dan perkataannya terbatas. Mereka tidak boleh meluahkan bicaranya menurutkan gaya seperti yang ada di dalam hatinya yang lembut. Sebagaimana halnya perempuan Arab yang bercakap dengan orang lelaki menggunakan suara yang halus dan lembut seperti ungkapan orang yang meragukan dan menggodakan. Syarak melarang perempuan melakukan seperti itu. Ibnu Abbas berkata, seseorang perempuan hendaklah menyuruh perkara kebaikan dan melarang perkara kejahatan. Seseorang perempuan, bila bercakap-cakap dengan lelaki ajnabi, begitu juga dengan lelaki yang mempunyai hubungan kekeluargaan melalui persemendaan dengannya seperti suami saudara perempuannya (ipar lelaki) dan sepupu lelaki, hendaklah mengeraskan perkataannya tanpa mengangkat suaranya. Seseorang perempuan diperintahkan mendatarkan suaranya. Oleh itu, ungkapan yang makruf ialah perkataan yang tidak diingkari oleh syarak dan jiwa.”

4) Imam Abu Bakar ar-Razi yang dikenali dengan al-Jasas berkata di dalam kitabnya Ahkam al-Qur’an, seseorang perempuan tidak boleh melembutkan suaranya kepada lelaki-lelaki ajnabi dengan gaya yang boleh diingini oleh lelaki yang meragukan niatnya. Ini menunjukkan bahawa hukum itu diumumkan kepada semua perempuan dalam tegahannya berbicara dengan lelaki ajnabi. Adalah lebih baik, seseorang perempuan tidak mengangkat suaranya yang boleh didengari oleh lelaki ajnabi.

5) Imam Ibnu Kathir berkata di dalam tafsirnya, menukilkan perkataan as-Sudi, maksud firman Allah Taala, seseorang perempuan tidak boleh menundukkan suarannya ialah menggunakan suara yang halus, lembut dan lunak ketika berbicara dengan lelaki ajnabi.

Ibnu Zaid berkata, perkataan baik, sopan dan terkenal dengan kebaikan bermakna seseorang perempuan ketika berbicara dengan lelaki ajnabi tidak menggunakan perkataan yang halus dan merdu, iaitu seseorang perempuan tidak berbicara dengan lelaki ajnabi seperti dia berbicara dengan suaminya.

Suka diterangkan disini,perbualan ini tk terhad kepada telefon memandangkan dunia yg semakin canggih.justeru,voice chat,tele-conference,cellphones etc termasuk dlm kategori yg sama. Pesanan, kalau tiada hal yang benar-benar mustahak, tak perlulah berurusan dengan cara yang boleh menimbulkan fitnah dan zina dari segenap aspek.

Orang yang mengatakan tiada nas yang melarang couple atau bercinta itu sebenarnya adalah orang-orang yang JAHIL dan FASIQ. Dia enggan mencari kebenaran, sebaliknya memberi alasan apabila ada pihak yang menasihati.

Maka, secara jelasnya. TIADA JALAN BERCOUPLE DALAM ISLAM. MELAINKAN KAHWIN SAHAJA. KAHWIN ADALAH COUPLE YANG SUCI DAN HALAL.

Rujukan dan Sumber Asal :  http://www.nikhanz.com

Kamis, 26 September 2013

Pesanan Rasulullah sebelum tidur


Pesanan Rasulullah S.A.W. sebelum tidur

Sebelum tidur, Rasulullah SAW pernah berpesan kepada Saidatina Aisyah :
“Ya Aisyah, jangan engkau tidur, sebelum melakukan 4 perkara iaitu :
1. khatam Al Qur’an

2. Membuatkan para nabi memberi syafaat kepadamu di hari akhirat

3. Membuatkan para muslim meredhai kamu

4. Melaksanakan ibadat haji dan umrah.

Bertanya Aisyah :
“Ya Rasulullah, bagaimanakah aku dapat melaksanakan 4 perkara dalam satu masa?”
Rasulullah tersenyum sambil bersabda :

“Jika engkau tidur bacalah Surah Al -Ikhlas 3 kali, (maka ia seolah-olah kau mengkhatamkan Al Qur’an).

Dan Bacalah selawat untukKu dan para nabi sebelumku, (maka kami semua akan memberi syafaat kpdmu di hari kiamat).

Dan Beristighfarlah untuk para muslimin (maka mereka semua akan meredhai kamu).

Dan perbanyakkanlah bertasbih, bertahmid, bertahlil, dan bertakbir (maka ia seolah-olah kamu telah melaksanakan ibadah haji dan umrah)”

Wallahua'lam....

Rabu, 25 September 2013

6 Perkara untuk menjadi suami yang terbaik


Adakah anda sudah menjadi seorang suami yang terbaik kepada isteri anda? Bagaimanakah cara untuk membantu isteri bagi meringankan beban dan memahami kerjaya isteri yang sering sibuk di luar rumah? Petua berikut mungkin boleh membantu anda menjadi seorang suami yang terbaik kepada isteri anda. Oleh itu sikap saling memahami antara pasangan sememangnya penting dalam sesebuah rumahtangga.

1. Ringan Tulang 
Jangan jadi tuan di rumah dengan memerhatikan saja isteri melakukan semua kerja rumah. Sesekali, ringankan tulang membantu isteri menyiapkan meja makan untuk berbuka dan bersahur.

2. Ambil Hati Isteri
Beri kata pujian terutama apabila masakan pilihannya untuk berbuka memang enak. Jangan diperbesarkan hal yang kecil sedangkan ia boleh diselesaikan sendiri oleh si suami contohnya masakan kurang garam atau minuman tawar. Jangan terlalu manjakan diri kerana isteri bukannya orang gaji.

3. Uruskan Anak-Anak 
Jika lihat isteri terlalu sibuk dengan urusan lain, tolong uruskan anak-anak seperti menukarkan lampin atau menghantar dan mengambil anak dari sekolah. Layan kerenah anak supaya mereka tidak mengganggu ibunya yang sibuk di dapur.

4. Tunjukkan Kasih Sayang 
Bekerja seharian dan kemudian melakukan kerja di rumah memang memenatkan. Oleh itu, lelaki harus faham jika isteri kadang-kadang kurang melayan suami. Apabila lihat isteri keletihan, urutkan badan dan kakinya. Tunjukkan kasih sayang sebagai suami. Sentuhan dan belaian suami mampu menjadi vitamin untuk isteri melakukan kerja rutinnya tanpa keluhan.

5. Sediakan Pembantu Rumah 
Kerja rumah seperti memasak, mengemas rumah, menyapu sampah, menyusun dan mengatur bukanlah tugas isteri. Justeru jika mampu, sediakan pembantu rumah untuknya. Sekurang-kurangnya, isteri tidak terlalu penat hingga tiada masa untuk suami dan anak.

6. Doakan Kebaikan Untuk Isteri 
Ambil kesempatan untuk mendoakan kebaikan dan kesejahteraan kepada isteri ketika Ramadan ini. Doakan juga supaya isteri diberikan kekuatan dan kesihatan yang baik untuk dia terus menjalankan tanggungjawab sebaiknya sebagai isteri.

Senin, 16 September 2013

Fesyen Muslimah sekarang


1. Berbaju kurung tetapi ditempah mengikut sealak-alak badan menyebabkan terbonjol bentuk buah dada, pinggang dan bentuk punggung mereka apabila berjalan.

2. Berjubah tetapi fabrik kain yang lembut dan ditempah sealak-alak badan menyebabkan ternampak garis pakaian dalam mereka dari luar jubah.

3. Bertudung tetapi dipakai bersama T-shirt lengan pendek mendedah lengan dan sangat sendat (fit).

4. Bertudung tetapi dipakai bersama slack sendat dan jeans ketat yang diburukkan lagi oleh baju yang singkat tidak cukup menutup punggung mereka.

5. Bertudung tetapi dipakai bersama LEGGINGS yang terang dan nyata kelihatan seperti kaki yang telanjang.

Di dalam Islam, bolehkah anda mencampur-adukkan dua konsep fesyen yang nyata bercanggah dengan niat menjadikannya fesyen yang halal ? Yang dimaksudkan di sini adalah trend wanita Islam Malaysia terkini yang tidak malu memadankan pakaian Muslimah (tudung dan busana) bersama pakaian Maksiat seperti slack sendat, jeans sendat dan leggings ketat.

Sudah terang dan nyata bahawa apa-apa pakaian yang menampakkan alur bentuk tubuh dijatuhkan sebagai dosa besar oleh Islam, malangnya ramai wanita Islam tetap memakainya dan tidak kisah tentang dosa aurat

*Sama-sama Muhasabah diri

Sabtu, 24 Agustus 2013

7 Kunci Kebahagian


Menurut Saidina Ali bin Abi Thalib RA, 7 Kunci Kebahagiaan adalah:
  1. Jangan membenci siapapun, walau ada yang menyalahi hakmu.

  2. Jangan pernah bersedih secara berlebihan, sekalipun problem memuncak.

  3. Hiduplah dalam kesederhanaan sekalipun serba ada.

  4. Berbuatlah kebaikan sekalipun banyak musibah.

  5. Perbanyaklah memberi walaupun anda sedang susah.

  6. Tersenyumlah walaupun hatimu sedang menangis.

  7. Jangan memutus doa untuk saudara mukmin.

Kamis, 22 Agustus 2013

Mesir Berdarah : Dataran Nahdhah jadi padang jarak padang terkukur


MESIR: Beginilah keadaan Dataran Nahdhah yng terletak di daerah Giza ditengah-tengah Kota Kaherah. Ia kini bagaikan ‘padang jarak padan tekukur’. Tiada lagi ribuan penyokong presiden Morsi yang berkhemah secara aman di kawasan yang terletak berhadapan Universiti Kaherah ini. 

Serangan berdarah dengan melepaskan gas pemedih mata dan tembakan oleh pihak tentera dan polis menyaksikan beratus-ratus rakyat awam yang tidak berdosa dibunuh dengan kejam.

Khemah-khemah sementara telah dirobohkan oleh pasukan polis. Hospital bergerak yang terletak dalam kawasan Nahdhah yang berterusan menerima mangsa yang terkorban dan ratusan yang cedera juga telah dirobohkan. 

Jumlah kematian di Dataran Nahdhah ini dianggarkan melebihi 300 orang dan beratus-ratus lagi rakyat awam yang cedera parah akibat tembakan dan gas pemedih mata.

Menurut saksi-saksi kejadian, Dataran Nahdhah ini kebanyakannya menghimpunkan anak-anak muda mahasiswa dari pelbagai universiti di seluruh Mesir. Dataran ini juga merupakan tempat perhimpunan kedua terbesar penyokong presiden Morsi selepas Dataran Rabaa. Ia mula di serang sebaik sahaja selepas solat Fajr di mana pihak polis dan tentera mengambil kesempatan kerana jumlah penyokong presiden Morsi di dataran ini berkurangan selepas solat Subuh.

Kawasan persekitaran Dataran Nahdhah kini dikawal ketat oleh polis dan tentera. Tiada lagi kesibukan kenderaan yang lalu-lalang di kawasan ini. Pintu-pintu pagar Universiti Kaherah juga berkunci rapat. Kereta-kereta kebal dan truk-truk polis dilihat berbaris di sepanjang dataran ini. Orang awam pula tidak dibanarkan mendekati kawasan berdarah ini.

Namun Dataran Nahdhan ini akan tetap mencatatkan satu lagi sejarah kekejaman junta tentera Mesir yang bukan sahaja merampas kuasa segcara rakus, tetapi juga telah melakukan penyembelihan beramai-ramai terhada rakyatnya sendiri termasuk ibu-ibu dan kanak-kanak yang tidak berdosa.

Rabu, 21 Agustus 2013

Cara ringkas untuk solat jenazah


Cara ringkas untuk solat jenazah. Belajar lah wahai lelaki! Apakah engkau tidak malu bila tak pandai nak solat untuk ahli keluarga lebih-lebih lagi untuk mak atau ayah kita yang meninggal. Itu sahaja lah salah satu penghormatan yang terakhir buat insan yang membesarkan dan menjaga kita...

Cara Ringkas Solat atau Sembahyang Jenazah :

1. Angkat Takbir "Allahuakbar" & Niat dalam hati 
Sahaja aku solat jenazah terhadap mayat ini, 4 takbir, fardhu kifayah kerana Allah Ta’ala.
Jadi makmum? tambah "sebagai makmum kerana Allah Taala"
Baca Alfatihah hingga akhir

2. Angkat Takbir Kedua "Allahuakbar"
Baca : Allahumma solli a'la Muhammad wa a'la ali Muhammad
Pendek pun takpa, paling elok selawat ibrahimiah macam dalam tahiyyat akhir

3. Angkat Takbir Ketiga "Allahuakabar"
Baca doa (pendek pun takpa, panjang lagi bagus) contoh dibawah ni :
Allahummargh firlahu warhamhu (untuk mayat lelaki)
Allahummargh firlaha warhamha (untuk mayat perempuan)
Untuk mayat kanak-kanak yang belum baligh, tidak dibacakan doa ini kerana mereka masih tidak dikira dosa pahala oleh malaikat. Untuk janazah kanak-kanak sila baca doa di sini.

4. Angkat Takbir Ke Empat "Allahuakbar"
"Assalamualaikum warahmatullah " Beri Salam kanan dan kiri, Selesai

Jika jadi makmum, ikutlah di belakang imam, berdiri rapat rapat. dan ikutlah jugalah rukun di atas. Cukup rukun makalah sah lah solat tersebut. Semoga ia jadi penghormatan terbaik buat jenazah.

Selasa, 20 Agustus 2013

Didik rakyat bahaya Syiah


Bagi mengekang penyebaran ajaran Syiah, rakyat di negara ini perlu diberikan didikan dan fahaman mengenai bahayanya, kata Pengerusi Pertubuhan Muttaqa Asatizah dan Pendakwah Malaysia (Murshid), Dr Zaharuddin Abdul Rahman.

Katanya, rakyat perlukan ruang pemahaman dan penjelasan lebih lanjut oleh mereka yang arif supaya lebih jelas akan Syiah, yang boleh memudaratkan umat Islam sekiranya gagal dikawal penularannya.

“Isu Syiah ini perlu perbincangan. Dalam negara yang mengamalkan al Sunnah Wal Jamaah, ada baik dan tidak baik. Syiah dilihat sudut yang tidak baik di Malaysia.

“Oleh itu, media di negara ini wajar memainkan peranan. Adakan  program yang mendidik seperti rancangan televisyen dan siaran radio membincangkan isu Syiah ini,” katanya.

Zaharuddin berkata, tindakan itu dilihat seiring dengan langkah kerajaan negeri Kedah untuk mewartakan fatwa anti-Syiah. “Saya bersetuju dan menyambut baik cadangan itu, malah negeri-negeri lain juga telah menguatkuasakannya,” katanya.

Beliau juga melihat kewajaran bagi kerajaan mengawal bahan bacaan berunsur Syiah serta peranan masyarakat untuk melaporkan penyebaran Syiah di kawasan mereka. “Tindakan melaporkan itu juga membantu agensi penguatkuasaan menjalankan peranan mereka,” katanya.

Media melaporkan kerajaan Kedah akan menggazet fatwa anti Syiah bagi membanteras fahaman itu yang didapati semakin menular dalam kalangan masyarakat....

- Sinar Harian (21 Julai 2013)

Tips Untuk Lelaki Yang Bakal Menjadi Bapa


  1. Biasakan berjaga malam.
    Tiada alasan untuk tidur nenyak dan berdengkur sepanjang malam. Jangan mengharapkan isteri anda sahaja untuk berjaga. Sebaliknya tunjukkan kesungguhan anda untuk bangun bersama dan beri perhatian kepada anak anda yang baharu lahir.

  2. Kejutan kasih sayang.
    Inilah detik terbaik untuk melakukan kejutan terbesar buat isteri yang telah berkorban bertarung nyawa untuk melahirkan zuriat anda. Apa kata anda pula yang mengambil peranannya ketika isteri dalam pantang. Mungkin anda boleh mulakan dengan menyediakan sarapan, membantu isteri menguruskan dirinya, menyediakan keperluan si bayi dan sesekali hadiahkan bunga tanda kasih sayang.

  3. Ringan tulang.
    Jika sebelum lahirnya si kecil, anda dimanjakan oleh isteri. Kali ini, anda harus beralah dan mengambil alih peranan menjaga isteri dan anak. Memadailah dengan membantu menyediakan makanan, membasuh pinggan atau mengasuh si kecil.

  4. Sedia untuk kotorkan diri.
    Terimalah hakikat bahawa anda harus membersihkan najis bayi dan belajar memakaikan lampinnya. Fikirkan bapa anda juga dahulu pernah melakukan perkara yang sama ketika anda masih kecil dahulu. Mungkin agak kekok pada permulaannya, namun, alah bisa tegal biasa.

  5. Dapatkan petua orang tua.
    Ketepikan ego serta sikap tahu seba-serbi. Sebagai bapa yang masih muda, anda perlu mendapat banyak nasihat dan petua daripada orang yang lebih berpengalaman. Guru terbaik untuk mendapatkan maklumat ialah ibu bapa serta saudara-mara atau kenalan yang lebih arif mengenai soal penjagaan bayi dan kanak-kanak. Tidak perlu malu kerana maklumat yang diberi akan memudahkan urusan menjaga si kecil.

  6. Sediakan pengasuh.
    Jika mampu, dapatkan pengasuh untuk meringankan tugas anda dan isteri di rumah. Pengasuh bukan sahaja boleh menguruskan isteri yang sedang berpantang, malah pada masa yang sama boleh menjaga si bayi yang memerlukan perhatian hampir 24 jam sehari.

  7. Belajar berhadapan dengan tekanan.
    Bohonglah jika anda tidak tertekan terutamanya apabila tiba saat si comel 'mengamuk' atau menangis tanpa henti. Jika waktu siang, mungkin anda tidak terasa, tetapi di kala tengah malam, tentu haru biru anda dibuatnya. Usah panik, uruskan saat itu dengan tenang dan penuh motivasi. Selidik punca bayi menangis, mungkin kerana kembung perut atau berasa panas atau mungkin juga kesejukan. Belajarlah bersabar!

  8. Kawal nafsu.
    Sudah namanya lelaki, tidak dapat tidak, nafsu selalu bsergelora. Jangan gelojoh dan akurlah pada detik yang sesuai untuk bersama isteri dalam hubungan intimasi. Fikirkanlah yang isteri anda sudah bersusah-payah menggendong si kecil ke sana ke sini selama 9 bulan 10 hari tanpa keluh kesah dan kini dalam pantang pula. Tentulah mengambil masa untuk pulih seperti sedia kala. Fikirkan juga yang kini ada orang ketiga yang harus diutamakan.

  9. Pastikan tabungan mencukupi.
    Ayah muda perlu memastikan tabungan sentiasa mencukupi bagi menghadapi saat-saat kecemasan terutamanya bila membabitkan si kecil yang mungkin diserang demam serta perlu mendapatkan rawatan segera di hospital. Peruntukan sebahagian daripada pendapatan bulanan untuk memenuhi keperluan kecemasan si kecil dan isteri sepanjang bergelar ayah. Apabila anak-anak anda sudah semakin membesar, peranan seorang ayah semakin bertambah
 
Template designed by Dede Fahadi AND Powered By: Suksesku.com